To lead a better life,I need my love to be here.Here, making each day of the yearChanging my life with a wave of her hand,Nobody can deny that there's something there.There, running my hands through her hair Both of us thinking how good it can be Someone is speaking,but she doesn't know he's there.I want her everywhereAnd if she's beside me I know I need never care.But to love her is to need her everywhereKnowing that love is to share,Each one believing that love never diesWatching her eyes, and hoping I'm always there.I will be there, and everywhere.Here, there, and everywhere.
kata-kata ini mengingatkan saya akan peristiwa semalam yang bakal tak bisa terulang lagi. bukan tahun barunya. tapi peristiwa saat merayakan malam perpindahan tahun. yah, seperti Hidup ini adalah ’sebuah karya seni.’
Mozart, Bethoven dll, jika memainkan karya-karyanya dengan jiwa mereka. Bukan sekedar mengikuti ‘ketukan’ seperti lagu-lagu digital di masa sekarang yang ketukannya sudah terukur. Artinya, sebuah karya seni tidak bisa ‘diulang’ penciptaannya karena memiliki latar belakang emosi yang berbeda-beda setiap waktunya.
Tidak seperti eksakta, hasil perhitungan tadi malam pasti sama dengan perhitungan pagi hari. Itu sebabnya hanya ada satu lukisan Monalisa karya Leonardo Da Vinci. itu sebabnya hanya ada satu mama yang sangat merindukanku, itu sebabnya hanya ada satu teman, yang karakternya berbeda dengan teman yang satunya.
Pernah saya mencoba melakukan sesuatu yang jika saya ulangi sekali lagi, tidak mungkin bisa melakukannya dengan persis sama. seperti hari ini saya bermimpi tentang dia, dan terbangun. terus tidur lagi untuk merasakan mimpi yang sama, tapi hal itu tidak akan sama lagi. tapi akan berbeda suasana yang kurasakan jika mencoba mengulanginya. "#mungkin akan agak binggung baca yang ini" Pencapaian keberhasilan seseorang dalam kehidupan juga demikian terjadinya. Kesuksesan yang pernah diraih di masa lalu sering sulit diulang lagi di masa kini. Situasi, kondisi, dan emosi tak kan lagi sama dari masa ke masa.
Ya, ‘tiupan angin’ tak pernah sama. Itulah mengapa saya harus selalu terus mencari dan memodifikasi cara hidupku. Terus mengasah keterampilan, dalam merespon setiap kondisi yang dihadapi.
“Satu perahu berlayar ke timur dan satu lagi ke barat, padahal digerakkan oleh angin yang sama. Bentangan layar itulahlah, dan bukan arah angin yang menentukan ke mana arahnya. Seperti angin laut itulah alur nasib, Ketika mengarungi kehidupan, bentangan jiwalah yang menentukan tujuannya dan bukan ketenangan atau hiruk pikuknya.” (Ella Wheeler Wilcox)
“i' can not change the wind direction, but i can change my wing direction.” saya tidak akan pernah bisa merubah arah angin, yang bisa kulakukan hanyalah mengubah arah sayapku. Realita kehidupan tidak akan berubah kecuali kita sendirilah yang mengubah sudut pandang terhadap realita yang ada.
Event + Response = Outcome, kata Dr. Robert Resnick, seorang psikoterapis dalam sebuah rumusan untuk memaknai hidup. Apapun yang ada di hadapan kita (event), entah itu problem, keterbatasan, kendala, dsb. tetap perlu mendapat respon yang positif dari diri kita.
Keterbatasan-keterbatasan bagi sebagian orang bisa menjadi sebuah energi yang mendorong untuk berbuat lebih kuat, ulet, semangat, dan bahkan lebih nekat. Sebuah prestasi tidak melulu lahir dari kondisi yang sempurna. Seringkali malah prestasi lahir dengan kondisi keterbatasan di mana-mana. Keterbatasan pengetahuan, keterbatasan fisik, keterbatasan waktu atau keterbatasan modal.
Maka sebenarnya suatu keberhasilan atau kegagalan, kekayaan atau kemiskinan, kebaikan ataukah keburukan merupakan hasil cara kita merespon kejadian atau keadaan itu sendiri. Setiap seniman tidak melulu semua karya yang dihasilkannya adalah sebuah masterpiece. Banyak seniman yang cuma punya satu-satunya masterpiece, sedang yang lainnya tidak laku…. Yang terpenting adalah teruslah berproses, melangkah, setapak demi setapak, hingga mampu berlari… nikmati setiap jengkalnya.
Cause we were raised, to see life as fun and take it if we can …
NB: kalo nulis itu bukan masalah kuantitasnya tapi masalah kualitasnya. karna bagi penulis, kualitas tulisan itu adalah sikap hidup. terus bagi penulis standar kuantitas tulisan itu adalah job deskripsi.

Komentar