aku terluka ditempat gempa, maida bukan oleh puing atau reruntuhan dinding tapi oleh derita yang tertangkap mata telah mencabik-cabik batinku. aku melihat rumah rebah ke tanah. kota yang dulu cantik kini telah jadi kota puing di sepanjang jalan mata seakan dicucuk duri ikan. kepedihan mereka menyusup ke dada. < aku tak berpikir ini salah siapa. saut pun berpuisi, "bencana alam bukan dosa!" dari desa mancingan sampai ujung imogiri aku tak melihat ada wajah ceria. semua terlipat oleh duka. dan tak ada kesan meminta belum lagi situs-situs yang sekan diperhangus ya allah, selamatkan sejarah, dan tabahkan hati mereka aku terluka di tempat gempa, maida bukan oleh rasa sakit di pipiku yang tergores pisau milikmu, atau oleh tajam alismu yang menancap di hatiku. tapi oleh tangan ini, tangan yang masih ingin memberi dan membantu namun terhenti dibatas oleh waktu. Yogyakarta, 11 Juni 2006
duka sebegitu tajam tergores di langit ini sayap kupu-kupu tak bisa membawa beban debu juga sapu lidi terlalu pendek untuk menyapu sehektar puing yang dititipkan gempa kepadamu ini wilayah angin, bisik daun pada sebutir debu. dan debu itu memang tak pernah melihat onggokan bukit kapur di sana kecuali rumah-rumah yang rebah ditidurkan angin sebatas mana rentang tanganmu ketika gelombang memindahkan perahumu ke jalan raya? KUMPULAN PUISI TERBAIK - 33 atau ketika langit jadi hitam oleh gerhana atau ketika sebuah menara bergeser karena gempa? kita akan kembali ke dalam keabadian melalui liku-liku dalam riset waktu tak mudah kita menemukan ujung benang dalam rajutan alam, tak mudah kita memintal benang jadi gelas bagi air. Yogyakarta-Jakarta, 12-13 Juni 2006